“Sesungguhnya telah kafirlah
orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam.”
(Al-Maidah: 17, 72)
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang
yang mengatakan: Bahwa Allah salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak
berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di
antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (Al-Maidah: 73)
“Telah dilaknati orang-orang kafir
dari Bani Israil dengan lisan Dawud dan ‘Isa putera Maryam.” (Al-Maidah: 78)
“Sesungguhnya orang-orang kafir yakni
ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam, mereka kekal
di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (Al-Bayyinah: 6)
Ayat-ayat lain dalam masalah ini
jumlahnya cukup banyak, demikian pula hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Maka barangsiapa yang mengingkari kafirnya
Yahudi dan Nashrani yang tidak beriman kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa
sallam, sebaliknya malah mendustakannya, berarti ia mendustakan Allah Subhanahu
wa Ta'ala. Sedangkan mendustakan Allah adalah kekafiran. Barangsiapa yang ragu
terhadap kekafiran Yahudi dan Nashrani maka tidak ada keraguan tentang kafirnya
dia.
Subhanallah, bagaimana orang ini merasa ridha untuk
mengatakan bahwa kita tidak boleh mengatakan kafir kepada Yahudi dan Nashrani,
padahal mereka mengatakan bahwa Allah itu adalah tuhan ketiga dari tuhan yang (jumlahnya)
tiga?! Padahal Pencipta mereka telah mengkafirkan Yahudi dan Nashrani.
Bagaimana ia tidak mau mengkafirkan Yahudi dan Nashrani
padahal mereka mengatakan bahwa Al-Masih adalah putra Allah dan mengatakan
tangan Allah itu terbelenggu? Juga mengatakan bahwa Allah faqir dan mereka kaya.
Bagaimana ia tidak mau mengkafirkan Yahudi dan Nasrani padahal mereka mensifati
Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan sifat-sifat jelek yang semuanya adalah aib,
celaan dan cercaan?
Saya mengajak orang ini untuk bertaubat kepada Allah dan
membaca firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
“Maka mereka menginginkan supaya kamu
ber-mudahanah lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu).” (Al-Qalam: 9)
Jangan ia ber-mudahanah (megorbankan
prinsip agama demi menjaga perasaan mereka -pent) dengan Yahudi dan Nashrani
dalam hal kekafiran mereka. Dan hendaknya ia menerangkan kepada
setiap orang bahwa mereka adalah orang-orang kafir dan penghuni neraka. Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: bersabda:
“Demi Dzat Yang jiwa Muhammad di
tangan-Nya, tidaklah dari umat ini baik Yahudi atau Nashrani mendengar tentang
aku, kemudian dia mati dan tidak beriman kepada apa yang aku diutus dengannya
kecuali ia termasuk ahli neraka.” (Shahih, HR. Muslim dari Abu Hurairah
radhiallahu 'anhu)
Maka wajib atas orang yang mengucapkan ini (yaitu ucapan
bahwa Yahudi dan Nashrani tidak kafir) untuk bertaubat kepada Allah dari ucapan
dan kebohongan yang besar ini, dan agar mengatakan terang-terangan bahwa mereka
adalah orang-orang kafir dan para penghuni neraka. Dan yang wajib bagi mereka
adalah mengikuti Nabi yang ummi yaitu Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam
karena (nama) beliau sesungguhnya telah tertulis di sisi mereka dalam
kitabTaurat dan kitab Injil.
“(Yaitu) orang-orang yang mengikut
Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan
Injil yang ada di sisi mereka. Yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf
dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka
segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang
dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka
orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti
cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah
orang-orang yang beruntung.” (Al-A’raf: 157)
Itu adalah kabar gembira dari Nabi ‘Isa bin Maryam 'alaihimassalam.
‘Isa bin Maryam 'alaihimassalam telah berkata sebagaimana yang telah Allah
Subhanahu wa Ta'ala kisahkan dalam Al Qur’an:
“Dan (ingatlah) ketika ‘Isa Putra
Maryam berkata: Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu,
membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira
dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang bernama Ahmad
(Muhammad). Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa
bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: Ini adalah sihir yang nyata.” (Ash-Shaff:
6)
Tatkala datang kepada mereka (seseorang) yang dikabarkan ia
adalah Ahmad, dengan membawa al-bayyinat (keterangan-keterangan), mereka
mengatakan: “Ini adalah sihir yang nyata.” Dengan ini kamu membantah
pengakuan orang Nashrani yang mengatakan: “Sesungguhnya yang dikabarkan oleh
‘Isa adalah Ahmad bukan Muhammad.”
Maka kita katakan, “Sesungguhnya Allah berfirman yang
artinya: “Maka tatkala datang kepada mereka.” Dan tidak ada yang datang
setelah ‘Isa 'alaihissalam kecuali Muhammad dan Muhammad adalah Ahmad akan
tetapi Allah mengilhami Nabi ‘Isa 'alaihissalam untuk menyebut Nabi Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan nama Ahmad. Karena Ahmad adalah ism tafdhil
dari kata hamd. Jadi dia adalah orang yang sangat memuji Allah dan beliau adalah
orang yang sifatnya paling terpuji.
Sungguh aku katakan, barangsiapa yang menganggap bahwa di
muka bumi ini ada agama yang diterima oleh Allah selain Islam, maka dia kafir
dan tiada keraguan tentang kekafirannya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman
dalam kitab-Nya:
“Barangsiapa mencari agama selain
agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya,
dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85)
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agama bagimu.” (Al-Maidah: 3)
Atas dasar ini - saya ulangi yang ketiga kalinya - orang yang
mengatakan hal ini agar bertaubat kepada Allah dan menerangkan kepada seluruh
manusia bahwa Yahudi dan Nashrani adalah orang-orang kafir karena hujjah telah
tegak pada mereka dan telah sampai kepada mereka risalah akan tetapi mereka
kafir karena membangkang. Sungguh Yahudi telah disifati bahwa sebagai
orang-orang maghdhub ‘alaihim (orang yang dimurkai) karena mereka mengetahui
kebenaran namun menyelisihinya. Dan Nashara disifati dengan dhallun (sesat)
karena menginginkan kebenaran tapi tersesat. Sekarang semua telah tahu yang
benar akan tetapi mereka menyelisihinya, maka mereka semua berhak untuk menjadi
orang-orang yang dimurkai.
Aku mengajak mereka, Yahudi dan Nashrani, untuk beriman
kepada Allah dan kepada Rasul-Nya dan agar mengikuti Muhammad, karena inilah
yang diperintahkan kepada mereka di dalam kitab-kitab mereka sebagaimana Allah
Subhanahu wa Ta'ala firmankan:ِ
“Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku
untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang
beriman kepada ayat-ayat Kami. (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi
yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang
ada di sisi mereka…” (Al-A’raf: 156-157)
“Katakanlah: Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan
Allah kepadamu semua.” (Al-A’raf: 158)
Hendaknya mereka mengambil dua pahala, sebagaimana sabda
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :
“Tiga golongan yang mereka mendapatkan dua pahala, (salah
satunya yaitu) seseorang dari Ahlul Kitab yang beriman dengan Nabinya dan
beriman dengan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam …” (Shahih, HR.
Al-Bukhari dalam Kitabul ‘Ilm, no. 95)
Kemudian setelah keterangan ini aku mendapatkan ucapan
penulis kitab Al-Iqna’ dalam Bab Murtad, beliau mengatakan setelah ucapannya
yang sebelumnya: “… (seseorang) yang tidak
mengkafirkan orang yang beragama selain Islam seperti Nashara, ragu terhadap
kekafiran mereka, atau menganggap ajaran mereka adalah benar, maka dia kafir.”
Dinukilkan dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
ucapan beliau: “Barangsiapa yang meyakini bahwa
gereja-gereja adalah rumah Allah, bahwa Allah diibadahi di sana, dan yang
dilakukan orang-orang Yahudi dan Nashara adalah ibadah dan (merupakan bentuk)
ketaatan kepada Allah dan kepada Rasul-Nya, atau ia suka dengan hal itu, ridha
terhadapnya, membantu mereka untuk melakukannya dan menegakkan mereka, dan (menganggap)
bahwa itu merupakan bentuk pendekatan diri (qurbah) kepada Allah atau ketaatan
kepada-Nya, maka dia kafir.”
Beliau juga mengatakan dalam kesempatan yang lain:
“Barangsiapa yang menyakini bahwa mengunjungi ahludz dzimmah (orang kafir yang
hidup di negeri muslim) di gereja-gereja mereka adalah merupakan qurbah kepada
Allah, maka ia murtad.” Ini menguatkan apa yang kami katakan di awal jawaban
dan ini merupakan perkara yang tidak ada kesamaran padanya. Wallahul musta’an.